Rabu, 30 Juni 2010

Di Antara Keajaiban Nomor Tujuh dalam Alquran

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?”….
Allah menciptakan tujuh langit dan berulang-ulang menyebutkannya sebanyak tepat tujuh kali. Ketujuh ayat tersebut adalah:

1ـ ﴿ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ﴾ [البقرة : 29].
“dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit”
2ـ ﴿تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ﴾ [الإسراء : 44].
“langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah”
3ـ ﴿قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ﴾ [المؤمنون : 86].
“Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?"
4ـ ﴿فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ﴾ [فصلت : 12].
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa”
5ـ ﴿اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ﴾ [الطلاق : 12].
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.“
6ـ ﴿الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقاً﴾ [الملك : 3].
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis“
7ـ ﴿أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقاً﴾ [نوح : 15].
“ Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?”

Kesesuaian yang mencengangkan ini menyatakan Zat Yang Menurunkan Alquran adalah Pencipta tujuh langit. Mahasuci Allah lagi Mahakuasa!

Sabtu, 26 Juni 2010

Artinya sebuah perjuangan

Sebagai sosok makhluk yang jauh digaris kesempurnaan, Ada kalanya diri ini merasakan gelisah yang mengakibatkan hidup menjadi tidak semangat. Apalagi kalau kita sudah membayangkan hal yang kita takutkan, salah satunya takut akan gagal…!!!!

pada hakikatnya kita sudah mengetahui bahwa untuk meraih keberhasilan tidak semudah membalikkan telapak tangan, bahkan membutuhkan perjuangan yang maksimal dan berani mengahadapi resiko apapun.

Ibarat sebuah kelapa, untuk menjadi sebuah kelapa yang bermanfa’at ternyata membutuhkan perjuangan yang sangat sulit, dan itu membutuhkan proses yang tidak secara instan langsung bisa dimanfaatkan.

Kelapa, untuk pertama kalinya harus di petik dan terjatuh dari pohon yang tinggi, (ini sudah merupakan perjuangan). Lalu ia merasakan sakitnya di cabik2 ketika sarabutnya mulai di kupas. Dan juga merasakan bagaimana sakitnya ketika tempurung itu dipecahkan menjadi berpuing-puing, tidak cukup sampai disitu, ternyata yang lebih menyayatkan lagi, dia merasakan sakitnya ketika dirinya di parut. Dan untuk mendapatkan santan yang baik, dia rela di remas dan diperas.

Subhanallah….
Sebuah kelapa untuk mencapai titik keberhasilan dan berupaya agar bisa bermanfaat bagi orang lain saja menjalani perjuangan yang begitu dahsyat…!!!! Lalu bagaimana dengan kita???

Itulah arti dari sebuah perjuangan,,,,,!!!

Minggu, 20 Juni 2010

untukmu nun jauh disana....

Ayah,ibu…

Ini anakmu yang sedang menuntut ilmu, jauh dari sisimu. Anak yang yang selalu sibuk hingga kadang menghalangi untaian doa terhatur untukmu. Anak yang tak pernah menyenangkanmu, menyusahkanmu dimasa kecil, pun sering mngecewakan dimasa kecilku.

Anakmu ini tak bisa, bahkan tak akan pernah bisa membahagiakanmu. Membalas segala pengorbanan yang telah engkau berikan selama hidupku.

Maafkan anakmu ini, Maafkan kalau lidah ini pernah terucap kata makian hingga membuat goresan luka dihatimu. Maafkan pula jika mata ini pernah sinis memandangmu. dan telinga yang tak pernah mengacuhkan nasihat darimu.

Anakmu ini hanya bisa, dan hanya selalu bisa meminta, sama sekali tak pernah memeberi. Doakan dan mintakan kepada-Nya agar aku bisa hidup bahagia didunia dan akhirat kelak.

Saat engkau nanti bersujud kala tahajud dipekatnya malam, haturkan untukku sebentuk doa. Karena aku tahu, doamu pasti diijabah Allah SWT.

Ayah, ibu…

Begitu jauh jarak yang terbentang diantara kita.Jarak yang selalu melahirkan kerinduan dalam riak anak sungai dipelupuk mata.

Sesungguhnya, tak ingin jasad ini terbang menjauhimu. Pun ingin rasanya aku selalu mendekap tubuhmu yang kini mulai lemah, lalu bermanja dipangkuanmu. Melepas rindu dalam belai kasih sayang dan mendengar indahnya ceritamu. Bagai masa kecilku dulu.

Kini air mataku berderai, karena selalu rindu dengan belai kasih sayangmu. Tapi aku tahu, engkau lebih merindukan anak-anakmu.

Aku akan pulang …….
Bukan gelar, uang, atau kemewahan yang akan aku persembahkan, tapi curahan kasih sayang disisa umurmu, sebagai engkaupun mengasihi aku dimasa kecilku dulu.

Ayah, ibu…

Tak akan pernah keindahan dunia ini dapat menggantikan keindahan cintamu. Riuh rendah pesona duniapun tak akan ada artinya jika dibandingkan dengan tulusnya kasih sayangmu.

Anakmu ini hanya bisa berkata “Aku mencintaimu karena Allah”

'Ajbudzanab

‘Ajbudzanab bila di artikan secara bahasa, berasal dari kata ‘Ajbun (dahsyat atau mengagumkan) dan Dzanabun (ekor atau buntut). Dan bila dipadukan maka akan bermakna tulang ekor yang dahsyat. Dikatakan dahsyat disini karena tulang ekor pada manusia yang letaknya tepat di ujung (akhir) tulang punggung, dari situlah manusia pertama kalinya terbentuk. Pada mulanya berbentuk semacam biji yang sangat halus, dan kelak apabila manusia telah meninggal, tulang ataupun biji ini akan tetap utuh dah tidak akan musnah.

Rasulullah SAW berkata: “ kullu ibni adam ya’kuluhu atturabu illa ‘Ajba adzanabi, minhu khuliqa wa fihi yurakkabu”. Dar hadits ini telah di jelaskan bahwa setiap bani adam jika telah dikubur, maka semua anggota tubuh akan termakan oleh tanah keculi ‘Ajbudzanab (tulang ekor). Dari situlah manusia diciptakan, dan dari situ juga manusia akan dibangkitkan (disusun) kembali.

Telah dibuktikan dari hasil penelitian salah seorang tokoh di china. Bahwa tulang (berbentuk biji) ini tidak akan pernah lenyap ataupun musnah sampai kapanpun. Walau itu dengan cara dibakar, dihancurkan, dilebur dengan bahan kimia, atau dengan cara apa saja.

Karena pada hakikatnya ‘ajbudzanab ini akan tumbuh kembali di hari akhir kelak. Dimana manusia akan dibangkitkan kembali dan saat itulah akan dimulainya kehidupan yang haqiqi.

Subhanallah…. Maha besar Allah SWT.

Sabtu, 19 Juni 2010

Selalu ada yang lebih seru dari pada yang lebih penting

ada kalanya kita merasakan kebimbangan dalam menghadapi sesuatu,
apapun itu dan bagaimanapun keadaanya.
untuk mengambil sikap...
terkadang hati tidaklah dgn mudah tuk langsung memutuskanya.
karena kenyataanya kata hati tetap saja tidak dapat di pungkiri.
perasaan hati dan study...?
kenapa aku harus menghadapi keduanya?
hhhh.. aku sendiri juga g' ngerti.
uppz. aku g' boleh hanyut dalam ini.
titian yang harus aku lewati masih sangatlah panjang.
yang lebih penting??? itu yang harusnya aku dahulukan.
aku akan buktikan pada diriku sendiri.
dimana aku akan sanggup tuk hadapi semuanya.
tentunya itu tidaklah mudah...!!
bismillah.....

Minggu, 13 Juni 2010

kenapa yang sudah sisa?

Baru ku sadari… Aku tidak pernah memberikan yang special untukMU…
Hhhh…. Bahkan aku merasakan kenapa aku selalu memberikan segala hal yang sisa,,,
Kenapa…..?????

Aku menyisihkan waktu b’temu dgnMu (sholat), itu juga karena sisa dari sekian banyak waktu aktifitasku,,, meskipun itu sebenarnya tidak t’lalu penting,,..

Aku menyisihkan uang untuk sodaqoh, itu juga karena sisa dari sekian banyak kebutuhan yang telah aku beli hanya tuk kepentingan pribadi…

Aku menyisihkan waktu untuk b”istighfar untukMU, itu juga sisa dari kemaksiatan yang kenyataanya telah aku lakukan,,,, [astaghfirullahal ‘adziiiiim]

Kenapa harus yang telah menjadi SISA,,,,????
Kenapa aku melakukan semua ini bukan karena yang utama,,,????
Kenapa itu semua tidak semata-semata tuk mencari keridhoanmu…???

Ya allah….
belumkah diri ini telah menganggapMu adalah Sosok yang penting dalam hidupku..????
Belumkah diri ini membutuhkan k’besaranMU….???

Rabu, 12 Mei 2010

Peran Wanita

Perempuan, antara Eksistensi dan Domestikasi peran;
(Sebuah Potret ambivalensi yang menghegemoni pemikiran masyarakat dunia)

* Prolog

Sebuah diskursus yang menyoal eksistensi perempuan selalu saja menjadi bahan pembicaraan hangat yang masih saja berdampak ambigu dalam sketsa pemikiran masyarakat dunia. Sebagaimana yang kita lihat, Dimasa silam, kedudukan perempuan teramat miris dan pilu. Keterbelengguan seringkali mengikat gerak lingkup mereka, bahkan dalam hak untuk bersuara sekalipun. Konon, kebencian bangsa yunani terhadap makhluk yang berlevel ambiguitas ini semakin mencuat, terlebih disaat posisinya disama ratakan dengan sejenis kotoran dan jelmaan syetan. Begitupula bangsa yahudi, yang mendoktrin wanita sebagai budak sehingga bisa seenaknya untuk diperjual belikan. Dan lebih naifnya, pembunuhan bayi hidup-hidup, ternyata sudah menjadi tradisi lama bangsa Arab yang notabene mengklaim perempuan sebagai aib kehidupan terbesar nomor satu.

Namun, berbeda halnya dengan agama Islam, agama yang sejatinya rahmatan li-al-'Alamin, bergerak memayungi segala tindak-tanduk manusia yang tak berlandaskan keadilan. Islam tidak pernah merendahkan derajat wanita, justru memperlakukan perempuan dengan sangat mulia dan memberikan kedudukan yang tinggi. Ini semua dapat kita lihat bahwa islam meninggikan derajat seorang ibu tiga tingkat dibandingkan ayah, menjanjikan syurga bagi istri sholihah, memberikan batasan untuk menikahi wanita cukup dengan empat saja, dan juga memberikan batas thalak cukup tiga, serta memberikan hak warisnya. Betapa mulianya hakikat perempuan dimata Islam.

Perempuan bagaikan mutira yang sangat mahal harganya, terlebih apabila mutira itu tidak pernah tersentuh, itulah bak wanita shalihah yang pastinya dinantikan oleh penjuru dunia. Syurga dibawah telapak kaki kaum ibu. Sekiranya kaum ibu baik, maka baiklah negaranya, tapi sekira- nya kaum ibu rusak, rusaklah negaranya.

Terkait peran perempuan dalam realita kehidupan, tak dipungkiri, posisinya seringkali menjadi bahan perbincangan yang sarat kontroversial. Inilah alasan mendasar penulis untuk membahas tema diskursif ini lebih lanjut.

* Bagaimanakah selayaknya perempuan berperan?

Pada hakikatnya, kedudukan perempuan tidaklah tragis sebagaimana pemahaman orang-orang dimasa silam, akan tetapi dalam Islam sendiri atau dalam pandangan Allah SWT, derajat perempuan adalah sama dengan laki-laki. Ini bisa dilihat pada ayat berikut, seperti firman-Nya:

( يآايهاالناس اتقوربكم الذي خلقكم من نفس واحدة (النساء : ا

Islam juga memberikan apa yang telah menjadi haknya seorang perempuan, tidak pernah memaksa, bahkan memberikan kebebasan untuk memilih. Misalnya saja dalam hal menuntut ilmu, laki-laki dan perempuan sama saja diwajibkan untuk menuntut ilmu dijalan Allah SWT. Sama halnya dalam pemberian ganjaran ataupun pahala, Islam tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana dalam firman-Nya:"Allah menciptakan surga kepada orang orang mukmin, baik laki-laki maupun wanita.”

Kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara yang sangat plural,.yang mana kaum intelektual, merupakan aset negara yang sangat diperlukan dalam rangka menuju perbaikan dan perubahan. Dengan kata lain, sebuah pergerakan memang sangat berdampak luar biasa disaat masa perkembangan zaman seperti ini. Dan itu dapat kita buktikan bukan hanya laki-laki saja yang dituntut untuk bangkit, melainkan bagi perempuan juga tidak mau tertinggal dalan hal seperti ini. Dimana seorang perempuan bukan lagi sosok yang awam sebagaimana pemahaman orang-orang masa silam.

Menjadi perempuan karir sudah menjadi hal yang lumrah di zaman modern seperti sekarang ini. Di satu sisi mereka berjuang mengejar karirnya, di sisi lain mereka berjuang untuk mendapatkan kembali kehidupan mereka sebagai perempuan dan sebagai ibu serta merawat anak-anak mereka agar tumbuh menjadi manusia yang seimbang. Atau bisa dikatakan menyandang “double burde”(fungsi ganda), yaitu fungsi domestik (rumah tangga) dan fungsi da'wah.

Tapi yang mungkin perlu digaris bawahi, “karir” disini bukan diharuskan seperti halnya perempuan Eropa yang mayoritas mampu hidup mandiri dengan berbisnis, atau bekerja di instansi tertentu. Sebagian besar perempuan karir di Eropa yang bersuami, tidak mau punya keturunan secepatnya. Ada juga yang tidak mau mengandung anak selamanya. Mereka yang sudah telanjur punya anak, tidak sudi merawat, mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara layak. Tak sedikit anak-anak Eropa, meski orang tuanya kaya, dititipkan di panti asuhan, atau diserahkan kepada kakek neneknya untuk diasuh.

Pada kenyataanya, dimasa sekarang, tidak sedikit kita temukan masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan, juga kubangan krisis moneter yang tak kunjung reda. Keadaan menjerat ini tentunya menantang setiap individu, laki-laki dan perempuan, untuk bergerak aktif, melawan tantangan zaman yang kian menjerit. Tak terkecuali perempuan, makhluk yang seringkali di beri label “the second human being” ini dituntut untuk eksis diluar rumah supaya tak hanya menjadi sampah masyarakat. Padahal, tuntutan zaman yang krisis dan kritis ini Nampak kian tak terbendungkan. Berangkat dari dilematika ini, lantas, pantaskah domestifikasi perempuan menjadi point yang diandalkan?

Coba kita tengok tatanan tradisi kehidupan masyarakat Jepang, Nampak sebuah corak keharmonisan yang dianjurkan Allah SWT dan Nabi Muhammad saw, dan dapat membawa negaranya makmur, sejahtera, tiada lagi kemiskinan, tiada lagi orang yang minta-minta. Hal ini disebabkan karena wanita wanita Jepang pada umumnya kalau sudah menikah, mereka berhenti bekerja dari kantor, dan mencurahkan perhatian dan waktunya untuk keluarga, dan kalau anak-anaknya sudah besar, tamat SMP atau SMU, kebanyakan ibu-ibu kembali bekerja di luar rumah untuk melanjutkan kariernya dan agar ilmu serta tenaganya dapat bermanfaat untuk orang banyak. Ibu-ibu Jepang ada yang menduduki jabatan tinggi sebagai menteri. Dengan begitu sesungguhnya kaum wanita juga dituntut untuk terus maju dan tidak menyerah ataupun pasrah begitu saja.

Menjadi perempuan karir dalam artian perempuan yang bekerja di luar rumah dan meniti karir sampai puncak adalah mudah, Asal memiliki kecakapan yang cukup plus kemampuan yang baik, dan jikalau perempuan itu pasif, maka tidak menutup kemungkinan adanya waktu luang, tentunya, sebuah “kekosongan” pasti akan menggrogoti masa kita. Akan lebih baik lagi kalau wanita tersebut bisa menggunakan waktu dengan sesuatu yang bermanfaat. Dan itu pastinya akan menambah ibadah kita apabila amalan tersebut dikerjakan dengan ikhlas. Sebagaimana yang ditulis dalam qoidah furu’ fiqh Syafi’iyah “ma kana aktsaru fi’lan, kana aktsaru fadhlan.”

Jadi tidak ada salahnya seorang perempuan untuk bergerak asalkan yang dikerjakan itu baik dan yang terpenting tidak meninggalkan tugas utamanya dalam keluarga. Karena anak adalah hadiah dari Allah SWT yang sangat berharga dibandingkan dengan pekerjaan, organisasi, rumah, mobil mewah dan kebutuhan duniawi yang lainya. Anak-anak jualah yang akan membantu orang tuanya di kala sudah menua, dan satu yang perlu kita ingat bahwa anaklah yang akan mendoakan orang tuanya di kala orang tua sudah meninggal dunia.

* Sang “WONDER WOMEN” Berpengaruh

1, Khodijah Binti Khuwailid (Ummul Mu’minin.

Rasulullah SAW punya seorang istri yang tidak hanya berdiam diri serta bersembunyi didalam kamarnya. Sebaliknya dia adalah seorang perempuan yang aktif dalam dunia bisnis. Bahkan sebelum Rasul menikahinya Rasul pernah menjalin kerjasama bisnis kenegeri syam. Dan setelah menikahinya tidak berarti khodijah berhenti dari aktivitasnya. Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Khodijah amat banyak menunjang dakwah dimasa awal. Karena pada waktu itu belum ada sumber dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Dari sini kita bisa mengetahui bahwasanya istri nabi sekalipun punya kesempatan untuk keluar rumah mengurus bisnisnya , bahkan setelah memiliki anak sekalipun.

2, Aisyah binti Abu Bakar (ummul mu’minin).

Sepeninggal Khodijah, Rasulullah beristrikan Aisyah, seorang perempuan yang cerdas, muda dan cantik, yang kiprahnya ditengah masyarakat tidak diragukan lagi. Posisinya sebagai seorang istri tidak menghalanginya dari aktif ditengah masyarakat. Semasa rasul masih hidup, beliau sering kali ikut keluar madinah, ikut berbagai operasi peperangan. Dan sepeninggalRasul, Aisyah adalah guru dari para sahabat yang mampu memberikan penjelasan dan keterangan tentang ajaran islam. Sampai-sampai zuhro pernah berkata: “ilmu Aisyah lebih afdhol dari pada ilmu yang dimiliki oleh semua ummahatul mu’minin, bahkan ilmu dari semua perempuan sekalipun.”

3. Ummu Sulaim binti milhan.

Kaum muslimin yang hidup semasa dengan Rasulullah SAW dikenal dengan
sebutan "sahabah" bagi yang laki-laki dan "Shahabiyah" bagi perempuan. Para shahabiyah ikut andil bersama rasul untuk berdakwah.salah satunya adalah Ummu sulaim yang sangat setia pada rasul serta aktif berjuang bersamanya yang bertugas di luar rumah sebagai pemberi makanan dan minuman kepada pejuang-pejuang Islam.

4, Rufaydah Al-Aslamiyyah.

adalah doktor perempuan Islam pertama yang Nabi sediakan sebuah khemah khas di Masjid Nabi untuk tujuan rawatan bagi pejuang-pejuang Islam yang cedera ketika peperangan Khandaq. Akhirnya Rufaidah sangat ma’ruf ketika itu. dan tidak berhenti sampai disitu. Bahkan Rufaidah selalu ikut dalam peperangan untuk mengobati para mujahidin yang membutuhkan pertolongan.

5. Raden Ajeng (R.A) Kartini.

Di Indonesia, emansipasi perempuan dipelopori oleh Raden Ajeng (R.A) Kartini. Substansi emansipasinya adalah memerdekakan perempuan dari belenggu perbudakan kaum laki-laki, yang mana Kaum perempuan di zaman Belanda (sebelum 1945 M) adalah sosok pribadi yang lemah, tertindas dan tidak memiliki harga diri.Wanita di saat itu hanyalah sebagai budak, buruh, penghibur dan pelampias nafsu birahi kaum laki-laki. Lalu gagasan brilian dari Kartini dimuat dalam sebuah karyanya “Habis Gelap Terbitlah Terang”, untuk membebaskan kaum wanita yang terbelenggu, dan mengangkat harkat martabat serta derajat perempuan Indonesia.

* Syarat diperbolehkanya perempuan keluar rumah

1, Mengenakan Pakaian yang menutup aurat.

”Wahai nabi!, Katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka” (Al-Ahzab:59)

2, Tidak tabarruj atau memamerkan perhiasan dan kecantikan.

“Janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dulu”.(Al-Ahzab:33)

3, Tidak melunakkan, memerdukan atau mendesahkan suara.

“Janganlah kamu menunuduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik” (Al-Ahzab:23)

4,Menjaga pandangan.

“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandanganya dan memelihara kemaluanya, dan janganlah menampakkan perhiasanya (auratnya), kecuali yang (biasa)terlihat.”(Annur:31)

5, Mendapatkan izin dari suami.

Banyak kita jumpai perempuan ataupun muslimah yang menyepelekan hal ini, padahal izin dari seorang suami merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga. Pada dasarnya memang perempuan harus mendapatkan izin suami untuk keluar rumah. Namun tidak harus juga diterapkan secara kaku yang mengesankan bahwa Islam mengekang kebebasan perempuan.

* Epilog

Dalam pembahasan ini, sesungguhnya tak ada maksud sama sekali untuk mendukung sepenuhnya semangat emansipatoris yang didengungkan oleh kaum feminis. Tak semua karya mereka kita terima dengn tangan terbuka, perlu kita cerna satu persatu. Ada sebagian yang layak kita apresiasi. Dan sebagian yang lain harus kita kritisi. Akan tetapi alangkah akan lebih baiknya apabila ada wujud perempuan yang mampu membagi waktu, dalam artian bisa menyeimbangkan antara karir dan keluarga, menyeimbangkan materi dan fikiran antara keluarga dan peran di masyarakat. Karena dengan ini akan menjadi sebuah bukti yang kongkrit betapa berdayanya perempuan!!!. Wallahu a’lam bishawab.


Daftar Pustaka

1. Al-quran & Terjemahnya oleh Dapertemen Agama RI, Al-hikmah, Jawa barat, Indonesia
2. Sa’id Abdurro’uf, Al-Qodir. Adhwa’u ‘ala Nudzum Al-Islamiyah
3. Assayuti, Jamaluddin. Al-Asybah Wannadho’ir fi qowa’id wa furu’I fiqih Syafi’iyah
4. Ali, Al-Qothib. Nisa’un haula Rasul
5. Abdul Hamid, Istitah. Tarikh As-sunnah

Selasa, 11 Mei 2010

"Cermin Diriku"


Apa yg sebenarnya terjadi pada diri ini.
Disatu saat, datang setitik cahaya yang menerangi kalbu.
Tapi disaat lain, datang jua kedzoliman yg tiba-tiba saja menghujam.
Sungguh, raga ini tak kuasa menghadang.
Hanya iman dan ketaqwaan yang bisa melawan itu semua.
Dimanakah imanku sebagai umat islam?
Mana ketaqwaanku sebagai hamba allah SWT?
Ya Allah…..
Masih adakah sedikit celah yang memungkinkan ku bisa menyelusup di dalamnya?
Yaitu celah kasih sayangmu.
Juga celah keridhoanmu.
Mungkin hamba masih terlalu jauh tuk menggapai itu semua.
Tapi mdh2an dengan sebuah harapan, akan menjadi motivasi yang kokoh tuk mencapai pada kehidupan dalam ridho dan kasih sayangmu.
Amiin…

Kamis, 06 Mei 2010