Kamis, 31 Maret 2011

Negeri Lima Menara

Judul buku : Negeri Lima menara
Penulis : A. Fuadi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Kedua / Oktober 2009
Tebal : 420 Halaman


”Negeri lima menara” adalah buku pertama dari sebuah trilogy. Ditulis Oleh A. Fuady, Mantan wartawan TEMPO & VOA ,Penyuka fotografi, yang kini menjadi direktur komunikasi disebuah NGO konservasi. Alumni Pondok Modern Darussalam GONTOR, HI Unpad, George Washington University, dan Royal Holloway, Univercity of London.

Novel National best seller ini terinspirasi oleh pengalaman penulis (A. Fuady) menikmati pendidikan yang mencerahkan disebuah Pondok Pesantren, semua tokoh utama terinspirasi sosok asli, beberapa lagi adalah gabungan dari beberapa karakter yang sebenarnya.

Kebanyakan masyarakat dunia mengolah kekayaan alam kreativitas pengetahuan dan inovasi teknologi menjadi sampah kebudayaan, kekonyolan mental, kehinaan moral, dan kekerdilan kemanusiaan. Akan tetapi Fuadi melakukan sebaliknya, dengan bukunya ini ia mengolah sampah-sampah masa silam kehidupanya menjadi emas permata masa depan. Dalam buku ini juga menceritakan betapa eratnya sebuah persahabatan hingga tercapainya cita-cita yang di harapkan.

Seperti kata orang bijak, penderitaan bersamalah yang menjadi semen dari pertemanan yang lekat, sejak menjadi jasus keamanan pusat di pesantren, Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan baso lebih sering berkumpul dan belajar bersama. Mereka sepakat untuk berkumpul dibawah kaki menara masjid jami’. Karena mereka sering berkumpul ditempat itu, akhirnya mereka kerap di juluki dengan sahibul menara. selain tempat yang nyaman buat balajar, ditempat itu juga juga mereka sering membayangkan impian dan cita-cita yang tinggi menjulang bagaikan menara. Pandangan mereka tertuju pada gumpalan awan yang membentuk benua harapan masing-masing.

Sealain belajar ilmu agama, di pesantren itulah mereka mulai menemukan jati diri mereka masing-masing. Alif yang sangat tertarik belajar menulis dan memotret maka ia bergabung dengan malah kampus. Said yang gemar olah raga hingga hampir semua cabang olahraga yang ada dia ikuti mulai dari silat, sepak bola, dan juga body building. Atang yang memakai kacamata bergagang tebal sesuai bakatnya ia lebih suka latihan teater. Raja yang hoby pidato, diskusi, dan debat maka ia masuk English club . Baso yang sangat berantusias untuk bisa hafal al-quran makanya dia ikut kelompok tahfidzul quran. Sedangkan Dulmajid bergabung sebagi tim perpustakaan.

Dengan modal berani bermimpi, berusaha, kerja keras, dan menggenapkan dengan doa “man jadda wajada” Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil, Kalimat itulah yang telah menjadi motivasi mereka untuk terus gigih berjuang dalam menggapai harapan dan cita-cita.

Berawal mereka tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikanya, Tapi pada kenyataanya setelah mereka mengerahkan sagala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Allah mengirim kan benua impian (Arab Saudi, Eropa, Amerika Serikat, Mesir,dan Indonesia) ke pelukan mereka masing-masing. “kun fayakun” yang pada mulanya semua itu adalah awan impian namun kini menjadi kehidupan yang nyata. Maka jangan pernah remehkan sebuah impian, karena Sesungguhnya Allah maha mendengar.

Untuk lebih jelasnya bagaimana perjalanan Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan baso dalam berjuang meniti jalan yang penuh dengan lika-liku demi tercapainya harapan dan cita-cita. Dari itu Bacalah buku ini, insyallah kita akan mendapatkan motivasi serta spirit baru tuk menggapai masa depan yang gemilang. Amin..

2 komentar:

  1. Salam, hanya kunjungan pertama & follow

    BalasHapus
  2. wkmsalam,, yap ahlan,,^_^,.
    justru ingin belajar banyak dr orang lain..

    BalasHapus